Assalamu'alaikum
Eid Mubarak! Taqaballahu wa minna wa minkum.
Sebenarnya melalui blog post ini saya ingin sedikit berbagi mengenai makna ucapan saat Idul Fitri. Kalau yang kita semua tahu adalah 'Selamat Idul Fitri Minal Aidin Walfaidzin Mohon Maaf Lahir dan Batin'. Entah sudah berapa lama ucapan ini sangat umum di Indonesia. Namun ternyata ucapan ini kurang tepat.
Lalu, apa ucapan yang menjadi ajaran Rasulullah Saw. semasa hidup? Rasulullah Saw. ternyata telah memberi tuntunan agar ketika tiba bulan Syawal kita mengucapkan 'Taqabbalallahu minna wa minkum', yang artinya 'Semoga Allah menerima amalan aku dan kamu'. Dan menurut riwayat ucapan ini diberikan tambahan oleh para sahabat Rasulullah dengan kata-kata 'Shiyamana wa shiyamakum', yang artinya 'Puasaku dan puasamu'. Sehingga secara lengkap kalimat tersebut menjadi "Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum"
Jadi sekali lagi ya, Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Semoga Allah menerima amalan saya dan kamu, amalan puasa saya dan kamu :)
With my mother
Berbeda dengan Idul Fitri yang tahun-tahun sebelumnya, kali ini saya dan suami memutuskan untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman suami saya di desa Koto Tuo, Pasaman, Sumatera Barat. Lokasinya berada di ujung utara sumatera Barat, jadi cukup terpencil. Kebetulan mama dan papa mertua saya kali ini ingin berhari raya di sini, karena biasanya mereka merayakan Idul Fitri di Jakarta. Pengalaman yang baru bagi saya untuk berhari raya di sini. Tapi Alhamdulillah, di mana pun hari Idul Fitri pasti terasa menyenangkan.
Ada perasaan ketika memandang sawah, gunung dan banyak pepohonan yang hijau terasa begitu nyaman, tenang, dan damai. Maklum, untuk yang tinggal di kota besar pasti kita kesulitan melihat pemandangan indah seperti ini. Karena yang biasa kita lihat adalah gedung-gedung tinggi, kemacetan jalan, dan asap polusi. Bersyukur juga memiliki kampung di sini dan bisa melihat pemandangan semacam ini.
Selain itu, tinggal di kampung membuat saya tak berambisi terlalu tinggi dalam menjalani hidup. Memang, punya ambisi untuk menjadi sukses itu sebenarnya wajar saja. Tapi ketika ambisi itu berubah menjadi rasa tamak dan egoisme, rasanya saya hanya ingin hidup apa adanya. Melihat anak-anak bahagia walau hanya bermain air di sungai, melihat ibu-ibu yang tertawa lepas tanpa beban walau rumahnya terbuat dari kayu, dan masih banyak lagi. Pemandangan yang jarang kita temui di ibu kota. Terlalu banyak pemandangan-pemandangan ketidakpuasan akan hidup padahal sepertinya semuanya telah dimiliki. Satu kesimpulan dari menjalani hidup bahagia adalah bersyukur kepada Allah swt atas semua yang telah diberikan-Nya. Alhamdulillah…
Pagi itu sebelum berangkat Shalat Eid, kami bersalaman dan saling memaafkan dengan seluruh anggota keluarga. Saya lalu berjalan menuju masjid terdekat sekitar pukul 07.00 bersama keluarga. Melewati sawah, rumah-rumah tetangga para sanak saudara. Shalat Eid-nya sendiri dimulai pukul 08.00. Usai shalat, kami kembali ke rumah dan menyantap sarapan pagi yang dibuat oleh mama.
Welcome to Rumah Gadang Datuak Bagindo! ^.^
Surau Batu Mosque
Together with my husband
With my cousins
Rumah Gadang Dt. Bagindo
My outfit:
Cala Scarf (Double) by KIVITZ
Sarila Dress (KIVITZ Eid Series) by KIVITZ
Cala Scarf (Double) by KIVITZ
Sarila Dress (KIVITZ Eid Series) by KIVITZ
Wassalamu'alaikum
Taqobbal yaa Kariim
ReplyDelete