Sunday, 19 June 2016

Aceh Day 4: Treasure Hunt to Takengon

Assalamu'alaikum

Perjalanan ke Aceh kali ini ada yang berbeda dari perjalanan saya biasanya. Kalau biasanya saya hanya berada di sekitaran Banda Aceh saja, sekarang saya lebih mengeksplor kota Serambi Mekkah ini. Perjalanan kali ini adalah menuju Takengon. Katanya sih Takengon ini seperti Bandungnya di Jawa Barat, udaranya dingin dan sejuk. Jadi makin penasaran deh ingin ke sana. Akhirnya dengan dibantu oleh sepupu saya yang baik hati, dia membantu kami untuk pemesanan tiket travel untuk pulang dan pergi. Tak hanya itu, dia pun ikut petualangan saya kali ini. Thanks, dek Lia!

Nah, apa tujuan saya ke Takengon? Kali ini saya ingin belajar mengenai motif kerawang Gayo yang memang terkenalnya banyak pengrajin di Takengon. Kerawang awalnya adalah ukiran pada rumah adat gayo "Pitu Ruang", yang kemudian motifnya diadopsi ke dalam barang-barang kerajinan khas Gayo. Motif Kerawang memiliki corak yang khas, dimana mempunyai makna filosofi yang dalam dari setiap ukiran dan bentuknya. Motif kerawang gayo ini sering dipakai untuk hiasan dinding, alas meja, motif pakaian, tas, dan lain sebagainya. Motif Kerawang Gayo tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, namun orang mancanegara juga suka karena unsur etnik yang sangat melekat pada motif ini. Insya Allah saya akan menggunakan motif kerawang gayo ini untuk design saya berikutnya, yang waktunya masih dirahasiakan hehehe....

Bagi saya, perjalanan membuat karya seni ini adalah juga penelusuran akan budaya bangsa. Maka dari itu, brand premium saya, Fitri Aulia, selalu ingin membawakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kota Serambi Mekkah ini. Apapun itu bentuk kebudayaannya! Doakan ya teman, semoga apa yang saya cita-citakan ini membawa hasil yang terbaik, baik untuk busana muslim di tanah air, maupun untuk melestarikan budaya Aceh juga :) 

Berbicara mengenai outfit petualangan kali ini, saya mengenakan Umbrella Dress berwarna hitam dipadukan dengan helen outer. Karena begitu tiba di Takengon subuh, udaranya sangat dingin maka saya butuh penghangat badan. Untuk hijabnya saya menggunakan limited scarf terbaru dari KIVITZ yang bermotif ornamen Maroko. Alhamdulillah saya tidak mengalami kesulitan dan merasa ribet dengan dress ini. Padahal untuk berjalan-jalan di sini saya banyak keliling dengan kendaraan umum.

Oia, Takengon itu selain terkenal dengan kerawang gayonya, juga terkenal dengan kopinya. Karena kota Takengon ini berada di dataran tinggi. Sepanjang perjalanan pencarian pengrajin motif kerawang ini, saya melewati rumah-rumah warga dan menyium aroma kopi (entah itu sedang dijemur atau sedang disiangi). Tak ketinggalan, selain membeli beberapa kerajinan kerawang gayo ini, saya juga membeli beberapa bungkus kopi robusta juga arabica untuk dibawa pulang ke rumah karena memang suami saya pecinta kopi nusantara.

Selesai petualangan mencari pengrajin (dan juga kopi), saya berkeliling kota Takengon yang tidak begitu besar. Salah satu objek wisata yang saya kunjungi adalah Danau Laut Tawar. Kemudian kami duduk-duduk mencari tempat ngopi. Dan ternyata, tempat kopi di Takengon juga sudah banyak yang sudah berkonsep seperti kafe di Jakarta lho! Makanya saya pun betah berlama-lama di sini sambil menunggu travel menjemput untuk kembali ke Banda Aceh. Perjalanana Takengon-Banda Aceh memakan waktu kurang lebih 7 jam lamanya.











My outfit:
Haouz Limited Scarf by KIVITZ
Basic Umbrella Dress (black) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

1 comment:

  1. bagaimana mahu order tudungnya untuk kiriman ke Malaysia?

    ReplyDelete