Wednesday 5 October 2016

Alasan Menjalani Operasi Lasik

Assalamu'alaikum

Mungkin diantara kamu semua banyak yang tidak mengetahui kalau saya punya minus yang agak tinggi. Untuk keperluan yang sifatnya penting, saya biasanya memakai softlens. Dan untuk keperluan yang santai, saya tetap memakai kacamata namun kalau ada sesi foto-foto, biasanya saya membuka kacamata tersebut. Hehe...


Apa alasan saya memakai softlens ketika menghadiri acara-acara? Alasan pertama dan menurut saya sangat penting adalah karena saya merasa tidak percaya diri dengan menggunakan kacamata karena bentuk lensanya yang terlalu tebal. Namun, pemakaian softlens yang terlalu sering dapat mengakibatkan mata kita mengalami gangguan seperti iritasi dan parahnya lagi retina kita akan mengalami bolong-bolong, menurut dokter yang saya temui. Jadi, karena saya ingin bebas kacamata namun memiliki mata normal, jalan satu-satunya hanyalah operasi lasik.

Operasi lasik ini sudah menjadi cita-cita saya dari sejak dulu. Awal mula saya mengenakan kacamata adalah ketika duduk di bangku kelas 4 SD, dan ketika itu saya -1,5. Ketahuannya agak lucu sih. Saya yang suka dengan pelajaran matematika, ketika itu mendapat angka 5. Rupanya setelah dicek oleh guru, antara soal yang ditulis di papan tulis dengan yang saya tulis di buku tidak sama. Alhasil jawabannya pun salah. Oleh karena itu, guru saya langsung melaporkan hal ini kepada orang tua saya. Dan ketika itu juga, saya langsung dibawa ke dokter mata dan ternyata saya sudah -1,5.

Karena melihat teman-teman saya tidak ada yang mengenakan kacamata, jadi saya hanya mengenakannya ketika di dalam kelas saja, ketika melihat tulisan di papan tulis saja. Tapi ternyata hal ini tidak baik, karena minus kita akan terus bertambah. Sampai akhirnya ketika SMP, minus saya sudah naik menjadi -4,75. Wew...! 

Oia, dari informasi yang saya baca, rabun jauh ini banyak diakibatkan oleh faktor genetik. Jadi kemungkinan kalau orang tua kita memiliki rabun jauh, anak tersebut juga akan mengalami hal yang sama. Apalagi kalau tidak dirawat kesehatan matanya, minusnya akan jauh lebih cepat bertambah ketimbang yang sebenarnya tidak ada keturunan rabun jauh. Kedua kakak perempuan saya juga berkacamata, namun tidak separah saya. Hehehe...

Klimaksnya adalah ketika di bangku kuliah, ternyata minus saya bertambah menjadi -6 kurang lebih untuk mata kanan dan kiri. Sejak itu, saya semakin meggantungkan cita-cita untuk bisa lasik di masa depan, tapi belum tahu kapan waktunya. Setelah saya menikah dan telah mempunyai penghasilan sendiri, akhirnya satu-satu impian saya dan suami terwujud. Mulai dari membeli kendaraan roda empat, membeli rumah, dan juga membeli rumah untuk operasional KIVITZ. Setelah hal itu semua sudah selesai dipenuhi, barulah tabungan saya dan suami, dikhususkan untuk operasi lasik ini. Karena suami saya juga melihat, ketika saya lagi banyak undangan acara dan sering memakai softlens, mata saya sering mengalami iritasi. Jadi uang tabungan kami selanjutnya, dia arahkan untuk proses lasik ini.

Pelajaran yang mungkin bisa diambil dari hal di atas adalah ketika kita sudah menikah, visi dan misi hidup kita dengan pasangan harusnya sejalan. Termasuk apa saja yang mau dibeli atau dilakukan kelak yang membutuhkan biaya besar. Saya dan suami memiliki satu tabungan bersama juga tabungan pribadi. Tabungan pribadi ini sebenarnya untuk memudahkan saat pentransferan gaji saja sih. Untuk pengeluaran tetap dibagi dari tabungan saya dan juga suami. Duh, ceritanya jadi kemana-mana nih ya. Pokoknya intinya adalah untuk operasi lasik ini suami saya juga bantu untuk menabungi biar tidak terasa terlalu berat ketika saatnya saya mau operasi lasik. 

Kayaknya segitu dulu ya latar belakang cerita mengenakan kacamata dan alasan kenapa akhirnya saya ambil tindakan untuk operasi lasik. Ada yang punya pengalaman berminus tinggi seperti saya juga? Please comment down below!

Untuk proses lasiknya sendiri, saya akan ceritakan di postingan berikutnya agar postingan ini tidak terlalu panjang. Stay tune! ;)

Wassalamu'alaikum