Wednesday 29 June 2016

KIVITZ Interview with Kompas TV

Assalamu'alaikum

Di pertengahan bulan Mei yang lalu, salah satu media menghubungi saya untuk melakukan wawancara mengenai koleksi Ramadhan tahun ini. Akhirnya saya membuat janji dengan media tersebut di salah satu stockist KIVITZ yang berada di Hijab Dept fX Sudirman. 

Sekitar jam 13.00 setelah shalat dan makan siang, kami memulai proses tanya jawab dengan wartawan tersebut tentang awal mula KIVITZ berdiri di tahun 2010, menceritakan konsep branding dari KIVITZ itu sendiri, dan lain-lain. Karena saat itu akan masuk bulan suci Ramadhan, jadi fokus interview kali ini adalah mengenai peluncuran koleksi terbaru KIVITZ Eid Series 1437H.

Dalam interview ini juga saya membahas mengenai baju mana yang cocok dikenakan saat shalat eid maupun saat silaturahim dengan keluarga di hari raya nanti. Saran saya, ketika shalat eid kenakan Larache Dress yang didominasi warna broken white dan untuk silaturahim setelah itu, kenakan dress lengan panjang dengan mix and match yang minim. Misalnya dengan memilih Marrakech Dress berwarna biru. Maksudnya karena kita butuh kenyamanan saat bersilaturahim, kita tidak perlu menambahan fashion item lainnya. Fokuslah dengan acara silaturahimnya dan cukuplah dengan styling yang simple. Misalnya dengan memadukan dress polos dengan jilbab satin bermotif.

Kurang lebih itulah tips padu padan berbusana saat hari raya dari saya. Keep it Syar'i and Stylish.






My outfit:
Haouz Limited Scarf by KIVITZ
Basic Umbrella (navy) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Tuesday 28 June 2016

Labschool Muslim Festival

Assalamu'alaikum

Beberapa waktu yang lalu, saya diundang oleh perkumpulan orang tua murid dari SMP Labschool Jakarta. Acaranya sendiri diadakan di Hotel Harris Kelapa Gading dan dibuat sangat meriah dengan dihadiri oleh para orang tua murid SMP Labschool Rawamangun. Outfit yang saya pilih hari ini adalah Punica Dress berwarna maroon dengan padanan hijab berwarna hitam polos.

Acara ini terdiri dari rangkaian berbagai seminar, salah satunya diisi oleh Ustadzah Astri Ivo. Alhamdulillah setelah terakhir bertemu di tahun 2012, saya bisa bersilatuahim lagi dengan beliau di acara ini. Dan bahagianya lagi, beliau masih ingat dengan saya. Waktu di tahun 2012 itu saya mengadakan acara launching buku Inspiring Syar'i & Stylish Hijab dan di situ beliau mengisi tausiyah.

Di acara ini juga saya mengisi fashion show yang terdiri dari 10 looks koleksi Amitie. Saya sengaja membawa koleksi ready-to-wear yang tepat digunakan untuk ibu-ibu yang hadir di acara ini. Sehingga styling -nya memang sederhana dan cocok untuk dikenakan sehari-hari. Kemudian setelah itu, setelah break shalat zuhur, acara dilanjutkan dengan hijab tutorial oleh saya untuk gaya hijab syar'i namun tetap stylish. Tak begitu lama, saya hanya memberikan 2 tutorial kepada para tamu yang hadir.

Yang serunya lagi, para panitia yang semuanya dari orang tua murid Labschool Rawamangun, meminta saya untuk membuat Namara Abaya namun disesuaikan dengan warna dari logo mereka, dengan dominasi warna hijau tua, hijau muda, dan juga sedikit kuning. Lalu, untuk tiap divisi mereka meminta untuk dibedakan warnanya. Senang sekali rasanya melihat kumpulan ibu-ibu panitia kece ini memakai desain dari saya. Dan untuk hijabnya, mereka yang memilihkan sendiri jenisnya. Makanya dibuat tidak seragam.

Alhamdulillah, senang rasanya bisa turut andil dalam event POMG SMP Labschool tahun ini. Semoga apa yang saya berikan bisa bermanfaat untuk seluruh tamu yang hadir kali ini.









My outfit:
Cala Scarf (Big size) by KIVITZ
Punica Dress (maroon) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Monday 27 June 2016

Aceh Day 8: Coming Back Home

Assalamu'alaikum

Oke, tak terasa sudah perjalanan saya di Aceh sudah seminggu lebih. Saatnya saya harus kembali ke Jakarta untuk melahirkan ide-ide yang sudah saya dapat di sini untuk karya saya selanjutnya. Bukan untuk satu pihak di Aceh, tapi untuk melestarikan budaya Aceh itu sendiri. Tak patah semangat saya jika pemerintahan yang saya kira akan mendukung saya tapi memberi kesempatan untuk berbincang saja sulit. Hihihi...

Hari terakhir saya di Aceh saya habiskan untuk beristirahat, ngobrol-ngobrol dengan tante dan juga bermain dengan keponakan-keponakan sebelum penerbangan di sore harinya. Setiap travelling saya pasti memilih outfit yang casual saya. Hanya abaya, jilbab dan tak ketinggalan saptu kets. Untuk padu padan juga saya pilih yang simple. Abaya hitam polos di-matching-kan dengan printed scarf dari KIVITZ.

Bye Aceh. See you soon :)



My outfit:
Majorelle Limited Scarf (white) by KIVITZ
Manilkara Dress by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Sunday 26 June 2016

Aceh Day 7: Coffee Festival

Assalamu'alaikum

Setibanya saya kembali dari Sabang, keesokan harinya saya diberi kesempatan untuk ngobrol-ngobrol santai dengan mahasiswa dan mahasiswi di Perpusataan Unsyiah. Setiap hari Rabu siang memang mereka menjadwalkan untuk adanya sebuah acara hiburan, entah itu performance band dari mahasiswa di sana atau mini talkshow. Ide dari kepala perpustakaan ini bertujuan untuk membuat pengunjung perpustakaan kembali ramai. Tidak lama talkshow saya di sana, hanya sekitar setengah jam saja. Sayang sekali saya tidak mempunyai dokumentasinya dikarenakan memory kamera saya kepenuhan. Huhu... Tapi terima kasih kepada Kepala Perpustaan Unsyiah yang sudah mengundang saya ke acara ini dan juga Abang Azhar yang juga membawa saya bisa sampai ke sini.

Karena hari masih sangat sore, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi Festival Kopi yang sedang berlangsung di Lapangan Blang Padang dari tanggal 10-12 Mei yang lalu. Sebenarnya ini malam kedua saya datang ke sini dikarenakan suami saya yang suka sekali dengan kopi sehingga kami tidak ingin kelewatan event ini, bahkan 2 kali kami bolak balik ke sini. Hihi... Seperti ada rasa belum puas kalau hanya sekali saja. Di event ini terdapat semua jenis kopi yang disediakan di setiap kedai-kedai kopi di seluruh Banda Aceh, bahkan dari Takengon pun datang. Kebetulan saya juga lumayan suka kopi walau tidak terlalu addict seperti suami saya.

Nah, di satu kedai ada yang cukup unik. Kalau biasa kita tahu teh tubruk, kalau di sini ada kopi tubruk atau yang lebih dikenal dengan nama Kopi Khop karena bentuknya seperti kopiah. Saya berkesempatan melihat langsung proses membuatnya. Beda dari kopi kebanyakan yang biasa disajikan dengan mesin kopi. Kopi Khop ini menurut saya masih sangat tradisional tapi tidak ketinggalan juga. Jadi dari sebuah cangkir yang sudah diisi kopi dan air mendidih kemudian cangkir tersebut dibalik dan kita meminumnya dari celah-celah antara cangkir dan piring kecil dengan sebuah sedotan. Ada triknya sendiri lho. Seru banget mencoba meminum kopi dengan gaya baru! Bang Aan pemilik kedai kopi ini juga menceritakan mengapa orang di jaman dahulu meminum kopi dengan cara seperti ini. Hmmm, rupanya bisnis juga bisa menjadi ajang untuk melestarikan sebuah budaya ya.

Di hari yang sama, kebetulan bertepatan dengan hari kelahiran saya. Ketika saya kembali ke rumah tante (jadi memang seminggu lebih ini saya tidak tinggal di hotel melainkan di rumah tante), saya dikejutkan dengan balon-balon dan donat-donat lucu oleh sepupu saya Lia. Terima kasih dek Lia... Buat saya ini bukan perayaan ulang tahun, tapi lebih kepada pemberian perhatian kepada seseorang dalam keluarga. Akhirnya ada juga foto bersama dengan saudara-saudara di Aceh, walau belum lengkap betul. Karena keluarga papa saya jumlahnya banyak, ada 9 kakak beradik. Kebetulannya lagi, papa saya juga turur pulang kampung dengan saya kala itu. Thanks papa, Fitri tau, walau sebenarnya papa pendiam, papa suka banggain Fitri ke keluarga-keluarga. Semoga aku akan selalu membahagiakanmu, Pa... Maa.... :) Welcome 28!




My outfit:
Kian Pashmina by KIVITZ
Carica Dress (Red-Black) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum


Friday 24 June 2016

Aceh Day 6: Sabang The Paradise Island

Assalamu'alaikum

Selesai beberapa hari mengadakan research di beberapa pengrajin di sekitaran Banda Aceh dan Takengon, kita saatnya saya dan suami untuk bisa merefleksikan diri di sebuah pantai di ujung pulau Weh yang sungguh indah. Ini bukan kali pertamanya saya jalan-jalan ke Sabang. Sudah tiga kali ke sana dan selalu rindu untuk kembali. Setiap ke Sabang saya selalu mencari tempat penginapan yang berbeda-beda. Saat pertama kali saya ke Casanemo Cottege (Pantai Sumur Tiga), selanjutnya ke Iboih Inn (Pantai Iboih), dan sekarang yang ketiga Freddie's (Pantai Sumur Tiga).

Karena sedang jalan-jalan ke pantai, outfitnya pun saya sesuaikan dengan tema. Haha... Outerwear kimono dengan motif tropical dipadukan dengan basic shirt warna putih. Untuk bawahannya tetap dengan rok, yang berwarna hijau. Nah... sudah cocok banget deh outfit saya ini dengan suasana pantai. Jangan lupa untuk membawa sunglasses kamu lho!

Lalu apa saja yang saya lakukan biasanya di sana? Bersantai-santai di restorannya sudah pasti. Biasanya saya memesan makanan kecil dan minuman untuk dikonsumsi sambil berleyeh-leyeh menikmati suasana pantai yang masih sangat biru dan bersih. Sore hari setelah check in kamar, saya menghabiskan waktu untuk santai-santai hingga maghrib tiba.

Selesai shalat, saya biasanya kembali lagi ke restoran untuk leyeh-leyeh sambil bekerja (hahaha, iya kita tetap membawa laptop ke sini). Sekalian makan malam sekalian melihat-lihat penginap yang lain yang kebanyakan wisatawan dari luar negeri. Cukup lama saya duduk di restoran, sekitar jam 11 malam saya kembali ke kamar untuk tidur. Selama tidur di malam hari saya sangat tenang dengan mendengarkan suara-suara ombak yang berdesir setiap detiknya. Coba deh sensasi tidur sambil mendengarkan suara ombak ;)

Keesokan paginya, saya dan suami sudah siap untuk snorkeling di pantai yang sudah langsung terlihat dari kamar. Rasanya ingin buru-buru nyemplung. Untuk sewa alat snorkeling di Freddie Rp 40.000/set. Sudah termasuk alat nafas dan pelampung. Namun snorkeling kali ini kurang asik karena seperti ada yang menyengat dari hewan laut. Makanya kita berenang cukup jauh mencari tempat yang aman, karena siapa tahu sengatan dari hewan itu tidak di semua tempat. Yah, kurang lebih 1,5 jam kita menyelam dalam Pantai Sumur Tiga ini. Jangan lupa untuk selalu memakai sunblock untuk kegiatan seperti ini ya.

Oke, untuk perjalanan kali ini saya hanya menginap semalam saja di Sabang dari yang rencana sebelumnya menginap 2 malam. Namun karena ada beberapa faktor yang bikin saya memutuskan untuk kembali lagi ke Banda Aceh. Alhamdulillah saat itu ada saudara sepupu yang bisa menjemput kami di Pelabuhan Ulee Lheue. 













My outfit:
Layya square scarf by KIVITZ
Unbranded inner shirt
[New Arrival] Nucifera Outer by KIVITZ
Morinda Skirt by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Monday 20 June 2016

Aceh Day 5: Feeling The Beach

Assalamu'alaikum

Ke Aceh, belum lengkap rasanya kalau tidak ke pantai. Salah satu pantai yang terkenal dan sedang happening di Banda Aceh adalah Queen Bay. Pesona pantai-pantai di Banda Aceh ini terletak pada keindahan pasir putihnya yang bersih, memiliki garis pantai yang panjang dan ombak yang menantang. Maka rasanya tidak lengkap kalau kita tidak ke pantai ketika sedang di Banda Aceh.

Lokasi Queen Bay atau Pantai Romantis ini terletak di perjalanan Aceh-Meulaboh. Sekitar 30 menit dari pusat kota Banda Aceh. Tiket masuk untuk ke pantainya adalah Rp 5.000,- sedangkan khusus ke Queen Bay akan dikenakan biaya Rp 25.000,-/orang. Nah, suasana warna pink nan romantis akan menyambut kedatangan kita semua di Queen Bay ini.

Ketika masuk, kita akan mendapati bangku-bangku untuk bersantai dengan warna-warna yang beraneka ragam. Namun sayang, kala itu sofa bersantainya sudah tidak lagi bagus. Sarung bangku yang dipakai sudah koyak dan rusak. Semoga segera diperbaharui oleh pengelola di sana. Dan kita sebagai pengguna juga seharusnya menjaga semua properti yang ada di sana.

Selama di Queen Bay ini saya banyak menghabiskan waktu untuk bersantai dan leyeh-leyeh bersama suami. Menikmati indahnya pantai dan semilir angin di sore itu. Suami saya juga asik main-main di pantai padahal saat itu kami tidak membawa baju ganti. Hehehe... Dia memang selalu tidak tahan untuk tidak bermain dengan alam. Jangan lupa untuk meminum kelapa yang membuat kita tambah segar.

Cukup lama juga berada di sini sampai akhirnya adzan maghrib tiba dan kami pun bergegas pulang sebelum datang gelap.








My outfit:
Taza Limited Scarf by KIVITZ
Zea Dress (light brown) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Sunday 19 June 2016

Aceh Day 4: Treasure Hunt to Takengon

Assalamu'alaikum

Perjalanan ke Aceh kali ini ada yang berbeda dari perjalanan saya biasanya. Kalau biasanya saya hanya berada di sekitaran Banda Aceh saja, sekarang saya lebih mengeksplor kota Serambi Mekkah ini. Perjalanan kali ini adalah menuju Takengon. Katanya sih Takengon ini seperti Bandungnya di Jawa Barat, udaranya dingin dan sejuk. Jadi makin penasaran deh ingin ke sana. Akhirnya dengan dibantu oleh sepupu saya yang baik hati, dia membantu kami untuk pemesanan tiket travel untuk pulang dan pergi. Tak hanya itu, dia pun ikut petualangan saya kali ini. Thanks, dek Lia!

Nah, apa tujuan saya ke Takengon? Kali ini saya ingin belajar mengenai motif kerawang Gayo yang memang terkenalnya banyak pengrajin di Takengon. Kerawang awalnya adalah ukiran pada rumah adat gayo "Pitu Ruang", yang kemudian motifnya diadopsi ke dalam barang-barang kerajinan khas Gayo. Motif Kerawang memiliki corak yang khas, dimana mempunyai makna filosofi yang dalam dari setiap ukiran dan bentuknya. Motif kerawang gayo ini sering dipakai untuk hiasan dinding, alas meja, motif pakaian, tas, dan lain sebagainya. Motif Kerawang Gayo tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, namun orang mancanegara juga suka karena unsur etnik yang sangat melekat pada motif ini. Insya Allah saya akan menggunakan motif kerawang gayo ini untuk design saya berikutnya, yang waktunya masih dirahasiakan hehehe....

Bagi saya, perjalanan membuat karya seni ini adalah juga penelusuran akan budaya bangsa. Maka dari itu, brand premium saya, Fitri Aulia, selalu ingin membawakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kota Serambi Mekkah ini. Apapun itu bentuk kebudayaannya! Doakan ya teman, semoga apa yang saya cita-citakan ini membawa hasil yang terbaik, baik untuk busana muslim di tanah air, maupun untuk melestarikan budaya Aceh juga :) 

Berbicara mengenai outfit petualangan kali ini, saya mengenakan Umbrella Dress berwarna hitam dipadukan dengan helen outer. Karena begitu tiba di Takengon subuh, udaranya sangat dingin maka saya butuh penghangat badan. Untuk hijabnya saya menggunakan limited scarf terbaru dari KIVITZ yang bermotif ornamen Maroko. Alhamdulillah saya tidak mengalami kesulitan dan merasa ribet dengan dress ini. Padahal untuk berjalan-jalan di sini saya banyak keliling dengan kendaraan umum.

Oia, Takengon itu selain terkenal dengan kerawang gayonya, juga terkenal dengan kopinya. Karena kota Takengon ini berada di dataran tinggi. Sepanjang perjalanan pencarian pengrajin motif kerawang ini, saya melewati rumah-rumah warga dan menyium aroma kopi (entah itu sedang dijemur atau sedang disiangi). Tak ketinggalan, selain membeli beberapa kerajinan kerawang gayo ini, saya juga membeli beberapa bungkus kopi robusta juga arabica untuk dibawa pulang ke rumah karena memang suami saya pecinta kopi nusantara.

Selesai petualangan mencari pengrajin (dan juga kopi), saya berkeliling kota Takengon yang tidak begitu besar. Salah satu objek wisata yang saya kunjungi adalah Danau Laut Tawar. Kemudian kami duduk-duduk mencari tempat ngopi. Dan ternyata, tempat kopi di Takengon juga sudah banyak yang sudah berkonsep seperti kafe di Jakarta lho! Makanya saya pun betah berlama-lama di sini sambil menunggu travel menjemput untuk kembali ke Banda Aceh. Perjalanana Takengon-Banda Aceh memakan waktu kurang lebih 7 jam lamanya.











My outfit:
Haouz Limited Scarf by KIVITZ
Basic Umbrella Dress (black) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum