Thursday 31 January 2013

Fath Jacket: Cream Color

Assalamu'alaikum

Melanjutkan post sebelumnya, Di sini saya memakai Fath Jacket dengan warna yang berbeda, yaitu cream. Fath Jacket seluruhnya ada 4 warna, grey, cream, brown, black. Karena cream adalah warma yang lembut, agar penampilan lebih kontras saya memadukannya dengan basic velvet dress warna hitam.  Sampai saat ini basic dress warna hitam masih menjadi pilihan favorit saya. Selain karena mudah dipadukan dengan warna lain, dress ini juga sangat nyaman digunakan karena sangat lebar sehingga memudahkan kita untuk bergerak bebas. Pilihan tas yang berwarna terang juga memberi titik fokus dan menambah nuansa kontras pada keseluruan outfit. 






Tampak belakang Fath Jacket

My Outfit:
Scarf by KIVITZ
Fath Jacket (Cream) by Fitri Aulia
Basic Velvet Dress (Black) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Tuesday 29 January 2013

Fath Jacket: Grey Color

Assalamu'alaikum

Banyak cara untuk memadukan jaket/blazer, misalnya dengan H-line skirt atau ada juga yang suka memadukannya dengan celana. Namun saya lebih memilih untuk menggunakan dress A-line sleveeless yang megar untuk menampilkan sisi keanggunan, feminin, namun dengan tetap sopan. Salah satu alasan lainnya adalah dengan dress lebar ini bisa mengurangi lekuk tubuh.

New Collection dari brand 'Fitri Aulia' ini adalah sebuah jaket berbahan linen dengan sedikit motif garis-garis. Jaket ini cocok digunakan untuk acara-acara formal. Jika ingin digunakan untuk acara santai, tambahkan dress berbahan katun atau kaos atau bisa juga dengan long skirt.

Fath Jacket is available at MEIN, Kemang.





My Outfit:
Scarf by KIVITZ
Fath Blazer (Grey) by Fitri Aulia
Basic Velvet Dress (Purple) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Friday 25 January 2013

Young Age Marriage

Assalamu'alaikum

Dua hari yang lalu, seorang wartawan dari majalah Janna, grup Republika datang ke kantor saya untuk interview dengan tema "Pernikahan di Usia Muda". Saya dan suami menyambutnya dan kami di-interview bergantian. Sang wartawan menanyakan awal cerita bagaimana kami pertama bertemu dan menikah. Kami pun menceritakannya dengan lengkap.

Mungkin kamu belum tahu bagaimana awal cerita pernikahan saya dengan suami. Beberapa teman-teman ada yang pernah menanyakan soal itu. Ceritanya begitu sederhana, begitu spontan, dan begitu cepat. Saat itu awal tahun 2010, suamiku Mulky saat itu berusia 24 tahun (saat itu belum menikah). Dia bekerja sebagai designer grafis pada sebuah penerbitan buku Islam. Alhamdulillah, walaupun penghasilan tidak seberapa, namun dia sanggup bekerja sambil kuliah S2 Design di salah satu universitas di Jakarta. Bekerja setiap hari, di tambah dengan kuliah hingga malam membuat suami saya merasa hidup 'kesepian'. Maklum, suami saya anak bungsu dan kedua orang tuanya saat itu bekerja dinas di padang. Dia hanya sendirian bersama dengan kakak perempuannya di Jakarta. Hal inilah yang membuatnya ingin cepat menikah, karena dia berpikir tidak akan merasa sendirian setelah menikah. Alasan yang sangat polos dan sederhana. Namun bagi saya alasan ini sangat jujur.

Ada niat ada jalan, walaupun saat itu suami saya tidak tahu ingin menikah dengan siapa, seorang teman pengajiannya yang juga adalah teman saya, mengenalkan dan "merekomendasikan" saya untuk menjadi isterinya. Saya yang saat itu berusia 22 tahun dan belum tamat kuliah, sebenarnya juga orang yang sangat mirip dengan suami saya. Saya paham betul kebutuhan saya memiliki pasangan. Kami menyukai jalan yang simple dan pasti. Secara spontan suami saya menanyakan secara tidak langsung (karena kami tidak kenal secara langsung) apakah saya siap untuk menikah? Setelah saya memperhatikan dia, menanyakan tentang keluarganya, dan melihat keseriusan niatnya yang mulia. Siapa perempuan yang tidak suka dengan laki-laki yang berani memberi kepastian? Maka saya mengatakan 'iya'. Namun, saya ingat ayah saya pernah berpesan boleh menikah asal sudah tamat kuliah. Kebetulan, saat itu saya sedang menunggu wisuda yang tinggal 2 bulan lagi. Jadi suami saya saat itu harus menunggu 2 bulan, baru kami bisa menikah.

Tepat dua minggu sebelum rencana pernikahan, kami mendapat musibah. Ayah suami saya divonis menderita kanker paru-paru stadium 1. Hal ini membuat kedua keluarga besar kami sangat terkejut. Untungnya, kanker paru-paru ini baru stadium 1 dan bisa langsung diambil tindakan operasi. Mau tidak mau, kami harus menunda tanggal pernikahan kami sampai ayah suami saya pulih setelah operasi. Hari pernikahan yang sudah kami jadwalkan berubah menjadi setelah idul fitri. Booking masjid dan gedung pernikahan yang sudah dilakukan terpaksa dibatalkan walaupun sudah dibayar. Segala persiapan biaya pernikahan kami kini digunakan untuk biaya operasi ayah suami saya. Bagi kami ini merupakan sebuah bentuk ujian dari Allah Swt kepada keluarga kami agar kami semakin ikhlas dan sabar. Saya dan suami mencoba melihat hikmah dari cobaan ini. Meskipun semua rencana teknis pernikahan jadi berubah, namun kami tetap bersyukur bahwa pernikahannya tetap akan dilaksanakan walau tertunda.

Pada tanggal 12 September 2010, saya dan suami menikah dengan proses yang sangat sederhana. Kami melaksanakan akad nikah di sebuah masjid dilanjutkan resepsi di rumah. Saat itu ayah suami saya masih dalam pengobatan namun sudah bisa berjalan. Walaupun dilangsungkan secara sederhana, namun kebahagiaan kami tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Ujian kesabaran berhasil dilalui menuju  kemenangan. Dua hari setelahnya kami pergi berbulan madu ke KL, Malaysia. Pada saat itulah saya baru mengenal karakter suami saya yang sebenarnya. Ternyata orangnya sangat bersemangat. Penuh mimpi dan ide-ide kreatif.  Bulan madu kami dipenuhi dengan diskusi-diskusi membicarakan impian di masa yang akan datang. Kami membicarakan ide untuk memulai merintis usaha clothing line sepulangnya ke Jakarta.


Pulang dari bulan madu, suami saya langsung resign dari pekerjaannya di penerbitan buku (sangat spontan ^^). Dia beralih profesi menjadi dosen branding design di salah satu Universitas Swasta. Alasannya simple, dia ingin mencari profesi yang punya banyak waktu luang, agar sebagian waktunya dipakai untuk merintis usaha bersama saya. kemudian lahirlah KIVITZ pada 10 Oktober 2010, yang awalnya hanyalah sebuah blog fashion tempat menuliskan ide dan gagasan saya. Tepat 5 bulan kemudian, saya meluncurkan brand KIVITZ dengan modal hanya 4 juta Rupiah dari tabungan gaji suami saya. Saat itu saya semakin aktif mendesign busana muslim dan mengawali dengan menjualnya secara online. Alhamdulillah KIVITZ kini semakin berkembang dan distribusinya juga semakin luas.

Dari interview dengan wartawan majalah Janna tersebut saya menceritakan kisah ini semua. Dialog ini membuat saya sadar, bahwa 'pernikahan muda' yang membawa banyak keberkahan bagi saya dan suami, ternyata masih menjadi hal yang ditakuti dan berat untuk dilakukan sebagian pemuda zaman sekarang. Umumnya, mereka masih memikirkan sisi-sisi yang terlalu logis mengenai penghasilan, kemapanan, pesta nikah yang besar, harus saling mengenal pasangan terlebih dahulu, rumah, mobil, dan lain sebagainya. Percaya atau tidak,  saya dan suami tidak terbersit semua hal itu sama sekali ketika akan menikah. Karena kami percaya bahwa dalam Islam, pernikahan adalah sesuatu yang harus disegerakan jika memang kita ingin menikah. Mengimani Islam berarti percaya kepada Allah dengan segala ketentuan yang sudah ditetapkannya. Kadang beberapa hal dalam Islam memang sulit diterima logika kebanyakan orang, sehingga timbul rasa ragu untuk menikah dan muncul pertanyaan-pertanyaan berikut,

Apakah laki-laki dan perempuan  harus saling mengenal kepribadian sebelum menikah?
Apa benar untuk menikah sebaiknya mapan terlebih dahulu?
Apakah menikah harus dengan pesta semewah dan semeriah mungkin?
Apakah menikah mengurangi rezeki karena kita jadi membaginya bersama pasangan?   
Apakah mempunyai anak malah membuat keuangan rumah tangga menjadi berkurang?
dan lain sebagainya... 

Apabila kita menunda menikah karena masih memikirkan hal-hal seperti itu, berarti kita belum percaya sepenuhnya dengan ketentuan Islam. Belum percaya bahwa setelah menikah, rezeki seseorang justru malah dilipatgandakan oleh Allah.

Kalau boleh jujur, pertanyaan-pertanyaan di atas, satupun tidak terlintas dalam benak saya dan suami. Karena kami tahu hal tersebut tidak termasuk prioritas pernikahan dalam Islam. Kami paham betul bahwa pernikahan merupakan sebuah kebutuhan primer, yang harus segera dilakukan tanpa memikirkan hal-hal sepele seperti pertanyaan di atas. Sedihnya, hal-hal tersebut dianggap penting bagi sebagian masyarakat sehingga membuat mereka menjadi sangat hati-hati untuk memutuskan menikah. Bahkan rela bertahun-tahun menyiapkan semua hal itu sebelum menikah. Itu pun kalau pada akhirnya jadi menikah, bagaimana kalau tidak jadi? Na'udzubillahimindzalik..

Rasulullah Saw tidak harus mengenal Khadijah bertahun-tahun sebelum memutuskan untuk menikah, namun ternyata pernikahan tersebut sangatlah harmonis hingga maut memisahkan mereka. Nabi juga tidak memaksakan untuk mempersiapkan pesta pernikahan yang mewah berlebihan. Bukan karena beliau miskin, tapi untuk menunjukkan kesederhanaan. Beliau malah sanggup memperbesar jumlah mahar berupa seratus unta, yang mana tentu lebih bermanfaat bagi istrinya dibandingkan mewahnya sebuah pesta pernikahan. Rasulullah juga tidak menunggu dirinya mapan sebelum menikah, karena yakin bahwa rezeki setelah menikah itu sudah digariskan Allah.    

Justru kalau kita mau berkaca pada diri sendiri, apa sebelum menikah kita pernah memikirkan hakikat pernikahan seperti,

Seberapa dalam saya memahami konsep pernikahan dalam Islam?
Apakah saya sudah siap mentaati suami sebagai imam sepenuhnya?
Apakah suami saya siap menjadi imam bagi saya?
Bagaimana saya menanamkan konsep Islam kepada pasangan dan anak-anak saya nantinya?
Bagaimana suami saya menjalani profesi yang baik dan halal untuk menafkahi keluarga kami?

Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah yang seharusnya dipersiapkan bagi sepasang manusia yang ingin menikah. Karena pemahaman (mind set) yang benar, akan membawa kepada keberkahan keluarga tersebut di mata Allah Swt. Visi hidup yang jelas menjadikan keluarga tersebut menjadi solid, sehingga urusan-urusan dunia dan akhirat menjadi mudah dijalani.

Kesimpulannya adalah, pernikahan adalah sesuatu yang harus diniatkan karena Allah, diusahakan dengan ikhtiar kepada Allah, dan mengembalikan segala permasalahannya pada Allah. Apabila kita menjalankan sepenuhnya sesuai dengan ajaranNya, tentu Allah akan memudahkan segala urusan kita. Disamping itu, penting bagi kita untuk terus mempelajari ajaran Islam secara lebih mendalam, sebagai panduan dalam kehidupan menuju keberkahan.

(left) KL, September 2010 - (right) KL, January 2013

Wassalamu'alaikum

Saturday 19 January 2013

Parking Lot

Assalamu'alaikum

Akhir-akhir ini Jakarta sedang mengalami hujan yang terus menerus. Tapi aktivitas mau tak mau tetap tidak boleh berhenti. Dengan menggunakan outfit ala winter karena cuaca Jakarta yang sedang dingin, seperti biasa saya pergi ke fX Mall, Senayan.


Padanan warna merah dan hitam memang tak ada matinya. Namun kali ini saya menambahkan warna lain seperti abu dan coklat pada item lainnya, yatu di baju dalam dan sepatu boot, untuk menambah kesan fresh dalam outfit ini. Tak ada salahnya menggunakan boot, asal sesuai dengan moment-nya ;)



My Outfit:
Scarf by KIVITZ (Sold Out)
Qonita Blazer (Red) by KIVITZ
Fatin Skirt (Black) by KIVITZ (Out of Stock)
Boot by Forever 21

Wassalamu'alaikum

Wednesday 16 January 2013

Spontaneous Traveller 6

Assalamu'alaikum

Tujuan terakhir di Malaysia, saya dan keluarga menghabiskan satu malam ke Cameron Highlands. Cameron Highlands Mirip seperti Puncak kalau di Indonesia. Hawanya dingin, sejuk, dan masih sangat asri. Hanya saja perubahan suhu di Cameron Highland yang berbeda dengan KL membuat saya sedikit masuk angin dan demam, jadi banyak beristirahat di kamar hotel saja.

Outfit kali ini sangat simple, hanya tinggal gamis/dress yang tak perlu tambahan apapun dipadukan dengan Cala Scarf. Sangat nyaman digunakan untuk perjalanan santai seperti ini.



My Outfit:
Cala Scarf by KIVITZ
Asahy Dress by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Sunday 13 January 2013

Spontaneous Traveller 5

Assalamu'alaikum

Mix and match ini adalah perpaduan warna shocking dengan salah satu warna basic. Buat kamu yang masih belum percaya diri dengan Colour Block, warna-warna terang dapat diredam dengan warna-warna basic seperti hitam atau putih. Tapi kalau agak mau 'berani' sedikit bisa memakai warna turunannya, seperti abu-abu, coklat, atau biru dongker. Penampilan kamu akan kelihatan lebih fresh.








My Outfit:
Scarf by KIVITZ
Qonita Blazer (Shocking Pink) by KIVITZ
Yamama Skirt (White) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Thursday 10 January 2013

Spontaneous Traveller 4

Assalamu'alaikum

Saya menyebut mix & match seperti ini dengan istilah Colour Block. Warna tabrak seperti ini bikin kesan berbusana kamu semakin tegas. Kalau kamu bosan dengan perpaduan warna yang itu-itu saja, outfit dan warna ini bisa menjadi salah satu pilihan. Outfit ini cocok untuk acara semi formal atau bertemu dengan client. Basic Peplum Dress dibuat dengan bentuk peplum yang aman untuk kalangan hijabers karena menutupi bagian belakang.







My Outfit:
Scarf by KIVITZ
Qonita Blazer by KIVITZ
Basic Peplum Dress by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Tuesday 8 January 2013

Spontaneous Traveller 3

Assalamu'alaikum

Hari berikutnya saya menginap di daerah Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Pagi hari setelah sarapan, dengan pakaian bernuansa cerah, saya siap untuk kembali berjalan-jalan mengelilingi pusat perbelanjaan yang ada di sekitar Bukit Bintang.


Daerah Bukit Bintang menjadi salah satu kawasan terfavorit selama di Malaysia. Saya lebih menyukai ke pusat perbelanjaan untuk menghabiskan waktu saat liburan. Tujuan utamanya adalah saya suka mengamati brand-brand fashion besar yang ada di kawasan itu. Mulai dari design layout toko, service sales, sampai produk. Yah, kalau ada yang bagus dan memang lagi perlu, saya belanja juga sih. Hehe... Asal harganya memang lebih murah dari di Indonesia. Beberapa brand memang masih ada yang SALE walaupun sudah lewat tahun baru.





Man behind my best photos ;)


My Outfit:
Cala Scarf by KIVITZ
Nadd Blazer by KIVITZ
Yamama Skirt by KIVITZ

Sekian post tentang jalan-jalan pada hari itu. Sampai jumpa di post selanjutnya :)

Wassalamu'alaikum

Saturday 5 January 2013

Spontaneous Traveller 2

Assalamu'alaikum

Hari pertama di Malaysia, saya dan suami diantar jalan-jalan di Klang dan Shah Alam, karena kawasan itu dekat dengan rumah. Hari berikutnya kami menginap di hotel di daerah Bukit Bintang. Kawasan ini banyak di kelilingi mall-mall besar membuat saya ingin jalan-jalan sore, lihat-lihat, siapa tahu ada SALE.. Hehe. Pastikan pakaian yang kita gunakan saat jalan-jalan terasa nyaman. Dan untuk sandal  yang nyaman, wedges bisa menjadi pilihan. Walaupun ada heelsnya tapi rata permukaannya. Jadi tak cepat capek dan jadi buru-buru pulang saat sedang berbelanja. ;)



My Outfit:
New Scarf by KIVITZ
Danesh Top (White) by KIVITZ
Rafa Skirt (Blue) by KIVITZ

Wassalamu'alaikum

Thursday 3 January 2013

Spontaneous Traveller

Assalamu'alaikum

Hari ini saya dan suami berangkat menuju Kuala Lampur. Sudah hampir 2 tahun lebih saya tak ke Malaysia. Kepergian saya ke Malaysia memang spontan. Kadang saya sering memutuskan untuk travelling tiba-tiba, dan suami saya pun biasanya langsung setuju. Kebetulan kedua mertua saya memang sedang berada di sana. Langsung pesan tiket ketika harganya mulai turun setelah tahun baru dan kami pun berangkat. Di Malaysia saya memang memiliki keluarga yang tinggal di KL dan Klang.  

Sambil menunggu pesawat, seperti biasa selalu berfoto. Scarf yang saya gunakan adalah scarf terbaru dari KIVITZ. Bahannya adalah katun paris berbentuk persegi panjang. Tak terlalu lemas (jadi jatuh di kepala juga bagus), nyaman, dan tidak bikin gerah. Scarf ini sudah bisa didapat melalui KIVITZ Online Shop dan juga Muse 101.


Outfit saya kali ini cukup simple. Dalam perjalanan pesawat biasanya saya pilih mix & match yang nyaman. Yang saya kenakan adalah Basic Velvet Dress dan cardigan. Menurut saya, dress ini tidak harus dipakai ke acara formal, tapi bisa juga dikenakan untuk pakaian sehari-hari. Hanya tinggal ditambah cardigan berbahan kaos agar lebih casual.

Bandara Soekarno-Hatta, menunggu sebelum boarding 

Sampai di bandara KLIA, kami dijemput abang dan langsung menuju ke rumahnya di Klang. Belum sempat kemana-mana hari ini, mungkin besok saja jalan-jalan cari spot yang bagus untuk foto... hehehe :)


Mampir di Jusco Klang, cari snack untuk di rumah.

My Outfit:
New Scarf by KIVITZ
Basic Velvet Dress by KIVITZ
Unbranded Cardigan

Wassalamu'alaikum